Sudah kita maklumi bersama, terutama para remaja yang berkebiasaan mengidolakan sesuatu. Istilah idola ini mula-mula muncul dinegeri tercinta ini kira-kira tahun 1980 an yang terus merajaleala sampai sekarang. Bahkan ada beberapa psikolog yang berpendapat bahwa orang pada umumnya dan remaja khususnya memerlukan seseorang sebagai idolanya untuk menimbulkan
motivasi baginya untuk meniru idolanya itu. Generasi remaja terdahulu belum sempat mengenal apa yang disebut idola ini. Paling-paling yang ada adalah bintang favorit, bintang kesayangan,entah itu bintang ilmuan, bintang olah raga, bintang film ataupun bintang-bintang yang lain. Penulis masih ingat beberapa bulan yang lalu dalam suatu diskusi ilmiah dengan kesimpulan tidak boleh bahkan bisa haram mengidolakan sesuatu yang berlebihan, apalgi tokohnya tidak islam. Sedangkan yang paling pantas untuk kita jadikan sebuah pengidolaaan hanyalah Nabi Muhammad SAW itupun hanya sebatas tolak ukur yang kita jadikan tokoh panutan.
Sebenarnya apa yang disebut idola itu? Menurut sumber yang valid, munculnya kata idola bermula dari idol, berasal dari bahasa Inggeris, yang jika dialihkan seperti demikian: an image as a statue or other material object, worshiped as a deity, yang artinya patung berhala atau obyek materi yang lain yang disembah sebagai tuhan. Merujuk dalam Biblenya kata idol berarti: a deity other than God, tuhan selain Allah. Idolater berarti: a worshiper of idols, hero worshiper,yang artinya adalah penyembah patung-patung berhala, atau penyembah pahlawan. Oleh sebab itu pendapat para psikolog yang mengatakan para remaja perlu mempunyai idola, dan trendi para remaja yang memuja orang yang di-"image"-kan sebagai idolanya perlu diluruskan, karena ini menyangkut aqidah.
Ada satu petikan dasar Mawlid atau Mawlud Nabi Muhammad SAW dalam ayat: Laqad Ka-na Lakum fiy RasuwliLlahi Uswatun Hasanatun (S. Al Ahza-b, 21), sesungguhnya pada Rasul Allah adalah ikutan yang baik bagimu (33:21).
Jadi para remaja kita itu janganlah meng-"image"-kan orang sebagai idolanya (baca berhala dalam wujud orang), melainkan jadikanlah RasuluLlah SAW sebagai ikutan atau panutannya. Bahkan Rasulullah SAW tidak boleh dipuja sebagai idola. Untuk menghindarkan Rasulullah SAW diangkat menjadi idola, maka di belakang Rasulullah SAW selalu ditambah ucapan shalawat atas beliau: Shallallahu 'Alayhi wa Sallam (SAW), salawat dan salam atasnya. Mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad SAW adalah perintah Allah SWT kepada orang-orang beriman. Perintah Allah SWT ini sifatnya unik, karena Allah SWT melakukan terlebih dahulu, barulah memerintahkan kepada hambaNya untuk melakukannya pula: Innallaha wa Malaikatahu Yusalluwna 'Alay nNabi. Ya-ayyuha- Lladziyna A-manuw Shalluw 'Alayhi; sesungguhnya Allah dan para malaikatya salawat atas Nabi. Hai orang-orang beriman salawatlah atasnya. Pahala shalawat kita limpahkan atas Nabi Muhammad SAW, namun karena Rasulullah saw ibarat "bejana" yang penuh dengan pahala, maka pahala yang kita limpahkan atas beliau, akhirnya terpantul kepada kita kembali. Jadi ada dua manfaat yang kita petik, pertama kita mendapatkan pantulan pahala yang kembali kepada kita dan kedua kita terhindar dari mengidolakan atau mengkultuskan beliau, karena kita melimpahkan pahala shalawat atas beliau.
Sesungguhnya dalam hal apa kita jadikan RasuluLlah SAW sebagai panutan seperti ayat (33:21) yang dikutip di atas itu?
Yang harus kita teladani dari Nabi Muhammad SAW adalah akhlaq beliau. Pernah seorang sahabat bertanya kepada Sitti 'Aisyah RA mengenai akhlaq beliau. Maka Sitti 'Aisyah RA menjawab bahwa akhlaq Nabi Muhammad SAW adalah Al Quran. Hakikat ucapan Sitti 'Aisyah RA itu adalah akhlaq Rasulullah SAW dibentuk oleh nama-nama Allah SAW yang terbaik, Al Asma-u lHusnay.
Berikut ini sejumlah 9 di antara 99 Al Asma-u lHusnay yang akan kita kemukakan. (Nomor yang dituliskan di belakang ism di bawah ini adalah nomor urutnya dalam tata-susunan asma-asma Allah yang 99 itu).
Ar Rahman, ism (no.2) ini membentuk akhlaq Nabi Muhammad SAW mengasihani hamba-hamba Allah yang lalai dengan memalingkan mereka dari jalan kelalaian kepada jalan Allah serta membantu kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Ar Rahiym, ism (no.3) ini membentuk akhlaq Nabi Muhammad SAW suka menolong orang-orang miskin dan bersikap belas kasihan terhadap hamba-hamba Allah semuanya, baik yang taat maupun yang tidak taat.
Al Ghaffa-r, ism (no.15) ini membentuk akhlaq Nabi Muhammad SAW merahasiakan aib orang. Al 'Adl, ism (no.30) ini membentuk akhlaq Nabi Muhammad SAW senantiasa adil dalam menghukum, berperilaku dan bersikap.
Al Lathiyf, ism (no.31) ini membentuk akhlaq Nabi Muhammad SAW senantiasa bersikap lemah lembut kepada hamba-hamba Allah SWT, bersikap ramah dalam menyeru kepada jalan Allah, memberi petunjuk tanpa merendahkan, tanpa bersikap kasar dan tanpa bertengkar.
Al Haliym, ism (no.33) ini membentuk akhlaq Nabi Muhammad SAW bersikap sabar dan suka memaafkan kesalahan orang lain dan membalas kejahatan orang dengan kebaikan.
Al 'Azhiym, ism (no.34) ini membentuk akhlaq Nabi Muhammad SAW bersikap rendah hati dan merasa selalu butuh kepada Allah SWT.
Al Syakuwr, ism (no.36) ini membentuk akhlaq Nabi Muhammad SAW senantiasa bersyukur atas ni'mat yang telah dianugerahkan Allah SWT. Al Mujiyb, ism no.(45) ini membentuk akhlaq Nabi Muhammad SAW menyambut segala yang diperintahkan Allah SWT, menyambut hamba-hamba Allah SWT dengan memenuhi semua permintaan orang-orang yang meminta sesuai dengan kemampuan beliau dari semua yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada beliau. Dan menolak permintaan orang dengan kata-kata halus apabila tidak mampu memenuhi permintaan orang yang minta tolong kepada beliau.
Itulah sebagian akhlaq Nabi Muhammad dalam Al Quran yang terbentuk oleh 9 yang kita kemukakan di antara 99 Al Asma-u lHusnay, asma-asma Allah yang terbaik.
Hendaknya pendidikan agama atas anak-anak kita oleh guru-guru dan dosen-dosen agama difokuskan pada menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dari segi akhlaq. Mengarahkan terhapusnya dalam benak mereka model trendi beridola kepada sesama manusia. Sehingga diharapkan anak-anak remaja kita terhindar dari perbuatan negatif, seperti menyiksa Maba, tawuran, mengekstasi, menarkotik, serta tingkah-laku negatif lainnya. Wallahu A'lamu bi shshawab.
0 Komentar
SOLATLAH SEBELUM DI SOLATKAN.