1. Awal Berdirinya
Setelah berhasil meloloskan diri
dari kejaran pasukan Bani Abbasiyah, Abdurrahman akhirnya masuk ke Spanyol. Di
Spanyol yang penduduknya kebanyakan dari kalangan pendukung Bani Umayyah, ia
merasa aman. Ia kemudian mendirikan pemerintahannya di sana. Keberhasilannya
memasuki Spanyol itulah yang membuat dirinya mendapat julukan ad-Dakhil.
2. Masa Pemerintahan
Pada masa awal pemerintahan Bani
Umayyah di Spanyol kondisi belum stabil. Hal itu disebabkan adanya perselisihan
di kalangan umat Islam sendiri. Perselisihan itu terjadi antara suku Barbar dan
suku Arab. Di dalam suku Arab sendiri terjadi perselisihan klasik antara suku
Qaisy (Arab Utara) dan suku Yamani (Arab selatan). Perselisihan tersebut
membuat kehidupan masyarakat dan politik pada masa itu belum stabil. Para amir
sesudah itu terus mencoba mengatasi persoalan tersebut.
Adapun amir – amir Bani Umayyah yang memerintah di
Spanyol adalah sebagai berikut :
No
|
Amir
|
Tahun
|
No
|
Amir
|
Tahun
|
1.
|
Abdurrahman ad-Dakhil (Abdurrahman I)
|
756-788 M
|
8.
|
Abdurrahman an-Nasir
(Abdurrahman III)
|
912-961 M
|
2.
|
Hisyam bin Abdurrahman (Hisyam I)
|
788-796 M
|
9.
|
Hakam al-Muntasir
(al-Hakam II)
|
961-976 M
|
3.
|
Al-Hakam bin Hisyam
(al-Hakam I)
|
796-822 M
|
10.
11.
|
Hisyam II
Muhammad II
|
976-1009 M
1009-1010 M
|
4.
|
Abdurrahman al-Ausat (Abdurrahman II)
|
822-852 M
|
12.
13.
|
Sulaiman
Abdurrahman IV
|
1013-1016 M
1016-1018 M
|
5.
|
Muhammad bin Abdurrahman (Muhammad I)
|
852-886 M
|
14.
15.
|
Abdurrahman V
Muhammad III
|
1018-1023 M
1023-1025 M
|
6.
|
Munzir bin Muhammad
|
886-888 M
|
16.
|
Hisyam III
|
1027-1031 M
|
7.
|
Abdullah bin Muhammad
|
888-912 M
|
Pada masa pemerintahan
Abdurrahman ad-Dakhil, masjid dan sekolah didirikan, baik di Kordoba maupun
kota – kota besar lainnya. Pemerintahan Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan
hukum Islam, sedangkan al-Hakam terkenal dengan pembaruannya dalam bidang militer.
Al-Hakam adalah yang pertama memprakarsai dipergunakannya tentara bayaran di
Spanyol. Abdurrahaman al-Ausat termasyur sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pada pertengahan abad ke-9,
stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang
bernama martyrdom. Gangguan yang lebih serius datang dari pemberontak yang
mendirikan negara kota Toledo pada tahun 852 M selama 80 tahun.
Masa pemerintahan Abdurrahman
an-Nasir (Abdurrahman III) menjadi puncak kejayaan Bani Umayyah di Spanyol.
Bersamaan dengan itu Khalifah al-Muktadir, penguasa Bani Abbasiyah di Bagdad
meninggal dunia. Dengan alasan itu, Abdurrahman an-Nasir menyatakan dirinya
sebagai khalifah dengan gelar Khalifah Kordoba dan Pemimpin Yang Setia. Ia
berhasil membangun Kordoba menjadi pusat budaya dan perdagangan Eropa yang
besar. Kebesarannya bisa dikatakan menyaingi Bagdad sebagai pusat kekuasaan
Bani Abbasiyah.
Masa kejayaan itu juga ditandai
dengan beberapa bangunan bersejarah yang masih bisa disaksikan sampai sekarang.
Bangunan – bangunan itu, antara lain Masjid Kordoba, Istana Ja’fariyah di
Zaragoza, Tembok Toledo, Istana al-Makmun, Masjid Sevilla, dan Istana al-Hambra
di Granada. Setelah masa kejayaan itu, umat Islam mengalami kemunduran.
3. Masa Kemunduran
Awal kemunduran Bani Umayyah
dimulai ketika Hisyam II naik takhta pada usia 11 tahun pada tahun 976 M. Oleh
karena itu, kekuasaan yang sesungguhnya ada di tangan para pejabat. Pada tahun
981 M, Khalifah menunjuk Ibnu Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan mutlak. Ia
meninggal pada tahun 1002 M dan digantikan oleh adiknya yang kurang cakap.
Akibatnya, kondisi negara menjadi kacau. Spanyol pun terpecah menjadi kerajaan
– kerajaan itu dipimpin oleh raja – raja yang terkenal dengan sebutan Mulukut
Tawa’if.
Munculnya kerajaan – kerajaan itu
membuat kekuasaan Bani Umayyah hanya berada di sekitar ibukota Kordoba.
Khalifah terakhir Bani Umayyah adalah Hisyam III. Ia memerintah negara yang
kecil dan kacau hingga tahun 1031 M. Sesudah itu wilayah Spanyol dikuasai oleh
kerajaan – kerajaan kecil tersebut hingga tahun 1086 M. Pada tahun itu Dinasti
Murabitun datang datang Maroko dan meneruskan kekuasaan Islam di sana. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah pemerintahan Islam.
Kemajuan Ilmu dan Kebudayaan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah dimulai dengan adanya penerjemahan buku
– buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia pada masa Khalifah Abdul Malik.
Di seberang lautan, kemajuan itu
dimulai pada masa Abdurrahman ad-Dakhil di Spanyol. Ia mulai membangun masjid –
masjid di Kordoba dan kota – kota lain. Kemajuan ini berlanjut pada masa
pemerintahan Abdurrahman al-Ausat yang merupakan pecinta ilmu dan filsafat.
Usahanya mengembangkan ilmu dilanjutkan oleh Abdurrahman an-Nasir. Ia
mendirikan Universitas Kordoba yang memiliki perpustakaan dengan koleksi
ratusan ribu buku.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan pada masa itu dapat dibagi dalam beberapa bidang berikut ini.
1. Ilmu Pengetahuan Umum
a. Khalid bin Yazid bin Mu‘awiyah
Beliau adalah orang pertama yang
menerjemahkan buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia. Di samping itu
Khalid bin Yazid merupakan seorang penyair dan orator yang terkenal.
b. Sibawah
Beliau adalah seorang ilmuwan
bahasa yang menyusun kaidah – kaidah bahasa Arab. Kaidah – kaidah itu tersusun
dalam bukunya yang berjudul al-Kitab.
c. Ibnu al-Muqaffa
Sebelum masuk Islam namanya Abu
Amr. Beliau banyak menerjemahkan buku – buku dari India dan Persia. Karyanya
yang termasyhur adalah Kalilah wa Dimnah.
2. Ilmu Pengetahuan Agama
Dalam bidang ini, muncul tokoh
yang terkenal, seperti Ibnu Hazm (994-1064 M) di Kordoba. Bukunya yang terkenal
adalah Risālah fi Fadā’il Ahl al-Andalus (risalah tentang keistimewaan orang
Andalus). Ulama – ulama lain yang muncul, di antaranya, adalah Hasan al-Basri,
Ibnu Syihab az-Zuhri, dan Wasil bin Ata.
3. Seni dan Kebudayaan
Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, bidang seni terutama kesusastraan juga mulai berkembang. Pada masa
ini muncul sastrawan – sastrawan Arab yang terkenal. Sastrawan – sastrawan itu,
diantaranya, adalah Jamil al-Uzri (wafat 701 M), al-Akhtal (wafat 710 M), Umar
bin Abu Rabi’ah (wafat 719 M), al-Farzdaq (wafat 732 M), Qays bin Mulawwah,
yang terkenal dengan nama Laila Majnun (wafat 699 M), dan Jarir (wafat 792 M).
Demikianlah perkembangan ilmu
pengertahuan pada masa Bani Umayyah. Munculnya tokoh – tokoh di atas menjadi
bukti perkembangan itu. Ilmu – ilmu yang muncul dan berkembang pada waktu itu
memberikan sumbangan yang sangat besar hingga kini.
Ikhtisar Dan Renungan
1. Bani Umayyah berkuasa dalam
dua periode. Periode pertama, pusat kekuasaan berada di Damaskus, Suriah, dan
berlangsung selama 90 tahun. Adapun pada periode kedua, pusat kekuasaan berada
di Kordoba, Spanyol, dan berlangsung selama 275 tahun.
2. Ilmuwan – ilmuwan yang
terkenal pada masa Bani Umayyah adalah Khalid bin Yazid, Sibawaih, Ibnu Bajjah,
Ibnu al-Muqaffa, dan Ibnu Rusyd.
3. Ulama – ulama yang terkenal
pada masa Bani Umayyah adalah Ibnu Hazm, Hasan al-Basri, Ibnu Syihab az-Zuhri,
dan Wasil bin Ata.
4. Sastrawan – sastrawan yang
terkenal pada masa Bani Umayyah adalah Jamil al-Uzri, al-Akhtal, Umar bin Abu
Rabi‘ah, al-Farazdaq, Qays bin Mulawwah, dan Jarir.
Pada akhir masa pemerintan
Khulafaur-rasyidin, terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Talib dan Mu‘awiyah
bin Abu Sufyan. Setelah Ali bin Abi Talib meninggal, Hasan bin Ali meneruskan
pemerintah ayahnya. Karena menginginkan kedamaian di kalangan umat Islam, Hasan
bin Ali menyerahkan pemerintahan kepada Mu‘awiyah bin Abu Sufyan. Usaha itu
berhasil membuat suasana umat Islam lebih tenang dan bergairah kembali.
Setelah Mu‘awiyah bin Abu Sufyan menggal
dunia, jabatan khalifah diserahkan kepada putranya, Yazid bin Mu‘awiyah. Sejak
saat itu sistem pemerintahan Islam bergesert ke sistem monarki. Hal itu tidak
sesuai dengan sistem yang diajarkan Islam, yaitu pemerintahan yang berdasarkan
musyawarah (kesepakatan bersama).
Pada tahun 60 H, saudara Hasan,
yaitu Husein bin Ali, berangkat ke Irak bersama keluarganya karena menganggap
keadaan politik telah normal dan damai. Namun, rupanya terdapat kelompok yang
memfitnah Husein bin Ali. Mereka melaporkan kepada Yazid bin Ali sedang
menggerakkan tentara untuk menyerang khalifah.
Mendengar laporan seperti itu,
Yazid bin Mu‘awiyah memerintahkan Gubernur Irak dan Iran, Abdullah bin Zayad
untuk memantau desas – desus itu. Abdullah bin Zayad menggerakkan 2000 tentara
di bawah pimpinan al-Hurr bin Yazid at-Tamimi.
Pada hari Jumat tanggal 10
Muharram tahun 61 H, Husein bin Ali dicegat di Karbala. Keluarga Husein bin Ali
dibantai habis oleh al-Hurr bin Yazidat at-Tamimi dan anak buahnya. Yang
tersisa Cuma kaum perempuan dan anak – anak, diantaranya Ali Zainal Abidin.
Husein bin Ali dipenggal kepalanya atas perintah Gubernur Abdullah bin Zayad.
Kepalanya dikirim ke Damaskus.
Khalifah Yazid bin Mu‘awiyah pada
saat mengetahui bahwa Husein bin Ali telah dipenggal kepalanya menangis tersedu
– sedu. Ia meratap, “Terkutuklah Abdullah bin Zayad! Aku tidak pernah
menghendaki kekjaman semacam ini. Seandainya aku berada di sana pasti akan
kuhalangi dia jika perlu dengan pedangku. “Yazid bin Mu‘awiyah kemudian
memerintahkan agar kepala Husein bin Ali diantarkan ke Madinah beserta jenazah
keluarga dan anknya dengan upacara kehormatan. Tubuh Husein bin Ali dimakamkan
di Karbala sementara kepalanya dikubur di Madinah bersebelahan dengan makam
ayah dan ibunya.
0 Komentar
SOLATLAH SEBELUM DI SOLATKAN.