Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah bahwa al-Qur’an di antara fungsinya adalah sebagai hidayah, peringatan, syifa’, dan rahmat. Fungsi al-Qur’an sebagai hidayah itu dijelaskan di antaranya dalam surat Al-Baqarah: 2 dan185. Fungsi al-Qur’an sebagai peringatan dijelaskan dalam surat Al-Furqan:1, Shad:87, Takwir:27 dan fungsi al-Qur’an sebagai obat sakit jiwa (psikosis-neurosis) dan rahmat dijelaskan dalam surat al-Isra’: 82.
Pertanyaannya kemudian, kapan al-Qur’an
menjadi hidayah, dan syifa’ bagi manusia? Al-Qur’an dapat
berfungsi sebagai hidayah bagi manusia setidaknya dengan tiga syarat: Pertama, selagi al-Qur’an itu di baca.
Al-Qur’an sendiri artinya bacaan, kitab
yang dibaca; kedua, selagi al-Qur’an
itu dikaji, direnungkan dan dihayati maknanya; ketiga, selagi
al-Qur’an itu diamalkan isinya dan diikuti petunjukknya.
Jika ketiga hal di atas tidak dipenuhi, maka
al-Qur’an tidak akan memberikan petunjuk, obat maupun rahmat bagi manusia. Mana
mungkin al Qur’an bisa memberikan hidayah kepada manusia tanpa manusia membaca
dan menghayatinya? Ibarat rambu-rambu lalu lintas, mana mungkin pengendara
kendaraan bisa aman di jalan/ tahu arah tanpa ia bisa membaca dan memahami
rambu-rambu tersebut? (dan tentunya harus mentaatinya).
Oleh
sebab itu, orang yang banyak bergelimang dengan maksiat adalah orang yang tidak
mendapat petunjuk al-Qur’an, yaitu orang-orang yang tidak mau dan mampu membaca
dengan benar, tidak mau menghayati maknanya dan tidak pula mengamalkannya.
Oleh; Muhammad Alfan
0 Komentar
SOLATLAH SEBELUM DI SOLATKAN.